Resep Rahasia Untuk Sukses KKN
Oleh: Ahmad Sangidu
Tak kenal maka tak sayang. Maka izinkan saya memperkenalkan diri. Sesuai akte kelahiran, nama lengkapku yakni Ahmad Sangidu. Orang-orang di sekitarku memanggilku dengan nama belakangku: Sangidu. Tetapi terserah Dikau. Toh diriku tidak pernah memarahi semua orang cuma karena panggilan ajaib yang diberikan kepadaku. Asal bukan “sayang”. Karena hanya tiga orang yang boleh memakai kata itu: ayah, ibu, dan orang Magelang itu.
Oiya, saya dari Kampus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta. Aku masuk kampus tahun 2015 lalu, cuma ada dua jurusan pada waktu itu, menentukan antara Pendidikan Agama Islam (PAI) atau Ilmu Al-Alquran dan Tafsir (IAT). Pilihanku jatuh kepada dirimu jurusan Pendidikan Agama Islam. Sekarang, Kampus IIQ An Nur telah ada banyak pilihan, mampu kalian cek sendiri lewat situs web atau media sosialnya. Ketika saya masuk, nama kampus masih Sekolah Tinggi Ilmu AL-Qur’an (STIQ) An Nur. Baru berubah menjadi institut pada 2017.
Menurut data kampus, saya ikut angkatan KKN ke-15. Awal mula KKN, tentu saja pembentukan golongan. Sama halnya dengan kampus-kampus lain, sahabat atau sahabat tidak niscaya jadi satu kalangan. Waktu itu, kelompokku ada 11 mahasiswa: 5 putra dan 6 putri. Hanya dua orang yang begitu akrab dengan diriku. Sayangnya dua orang ini tidak akrab rumahnya dengan rumahku, sehingga mereka tidak tahu bila diriku ini bergotong-royong payah dan kegemaran marah-murka. Beruntunglah. Hehe.
Pihak kampus menuntut kami menggunakan tema KKN yang sesuai dengan basisnya ialah religius, yang ada kaitannya dengan Al-Qur’an. Lalu, kami berdiskusi lengkap bareng dengan dosen pembimbing lapangan dan sepakat memakai tema: “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Nilai-Nilai Al-Qur’an”. Ada dua kewajiban yang harus kita gugurkan: mengajarkan cara merawat jenazah dan fikih kewanitaan. Dalam era waktu dua bulan, pasti itu bukanlah hal yang sulit bagi kami. Karena kampus kami berbekal pesantren dan lebih banyak didominasi dari kami menjadi santri, dua bahan itu sudah renyah dan enteng buat disampaikan.
Sebelum penerjunan, kami melaksanakan survei lokasi, sekitar tujuh hari sebelum penerjuan secara resmi oleh pihak kampus. Survei itu juga berfungsi untuk pengerjaan acara kerja. Bersama dosen pembimbing, kami keliling kampung, menemui tokoh-tokoh penting, melihat letak geografis, dan masih banyak lagi, tergolong mencari posko mukim. Setelah survei kami membuat program kerja dan memaparkan kepada pihak kampus. Ketika pemaparan program kerja, kalangan kami nomor depalan, jadi memaparkan nomer dua terakhir.
Tanpa disangka-sangka, program kami yang cuma biasa, tidak ada yang istimewa, menerima aplaus dari para dosen. Komentar para dosen menyebutkan bahwa acara kami yang tidak muluk-muluk itu sungguh matang: rancangan, perencanaan, hingga hasil, tertulis begitu rapi dan terang dalam buku usulan acara kerja yang kami buat. Jujur, kami bahu-membahu sangat minder ketika mendengar acara kerja golongan lainnya, yang sangat keren dan kreatif. Eh, malah sesudah pemaparan program kerja dan aplaus itu, kami, kelompok tujuh dicari-cari oleh golongan lain dan menjadi rujukan dalam pembuatan proposal acara kerja. Kelompok lain menjajal mempelajari pengerjaan program kerja kami yang begitu rasional menurut dosen. Bahkan ada beberapa kelompok yang menghapus programnya setelah menyaksikan proposal kami. Takut akan tidak tercapainya acara mereka.
Penerjunan KKN diwarnai gerimis. Setelah penerjunan di balai desa, kami menuju posko. Langkah permulaan sebelum mewujudkan acara tentu saja sosialisasi program kerja kepada masyarakat. Pada potensi ini, kami memanggil semua tokoh penting di desa. Saat kami memaparkan acara yang kami buat, tentu saja ada kritik dan rekomendasi dari para tokoh penting masyarakat sekitar. Setelah itu kami putuskan bersama dosen pembimbing terkait acara mana yang berhubungan dengan masukan yang diberikan.
Akan namun, di sini saya tidak akan membahas acara yang kami realisasikan. Berdasarkan pengalaman selama KKN, saya ingin berbagi resep belakang layar supaya KKN yang dijalankan bisa sukses. Meski beberapa acara yang telah direncanakan tidak terlaksana.
Pertama, jalin komunikasi. Ini yaitu kunci prioritas agar KKN anda sukses. Komunikasi mesti terjalin dengan baik, mulai sesama anggora golongan, dosen pembimbing, pihak kampus, lebih-lebih terhadap masyarakat desa setempat. Jangan sampai terjadi miskomunikasi, sedikit pun. Sekecil apapun penghambat atau fenomena yang timbul, saat itu juga harus dikomunikasikan. Pertama dengan kelompoknya, gres diobrolkan lebih lanjut dengan penduduk desa setempat. Terkait tokoh masyarakat desa, paling tidak terjalin komunikasi secara apik terhadap: pemuda-pemudi, tokoh agama atau sesepuh, ketua RT dan RW, dan dukuh. Syukur bila mampu lebih banyak lagi, komunikasi bisa menyeluruh sampai ke semua warga. Sering ikut ronda, bermain bareng perjaka, ikut kumpulan kampung, dan sebagainya. Ini ialah langkah termudah menjalin komunikasi. Dengan komunikasi yang terjalin baik, maka semua program akan tanpa kendala dan maksimal. Semua warga akan jadi bersemangat dalam setiap programnya. Lebih mahir lagi per individu di kampung kenal dan pernah ngobrol. Sehingga mahasiswa yang sedang KKN serasa bukan KKN, melainkan serasa menjadi anggota warga di situ. Ini bukan sulit dilaksanakan. Bahkan kami sudah melakukan, bahkan sampai kini sudah lebih setahun setelah KKN, kami masih sering main ke kampung tersebut. Sebab kami sudah dianggap selaku warga di situ. Makara, dikala ada event kami berusaha datang.
Kedua, sesuaikan sikap dengan adab istiadat lokal. Posisi kita adalah tamu, maka supaya dihormati dan diterima harusnya mampu mengikuti keadaan. Jangan sampai sebab mahasiswa, terus merasa yang paling benar, kemudian merubah tradisi yang sudah berjalan semenjak usang di kampung itu. Ini sangat fatal. Bahkan bisa jadi KKN yang berjalan akan dianjurkan pihak kampung untuk segera ditarik. Pelaksanaan program bareng masyarakat dengan pendapatdari masyarakat. Haram hukumnya memaksakan program yang dianggap melenceng oleh masyarakat. Sebagai mahasiswa yang intelektual mesti memberikan sikap ramah tamah. Sebagai acuan: KKN di kawasan Jogja. Maka otomatis menyesuaikan budpekerti istiadat Jogja. Cara bertutur kata, cara berpakaian, dan seterusnya. Ketika pihak kampung memberikan masukan, harus diterima dan disampaikan kepada teman yang lain. Biasanya juga dalam satu desa ada beberapa posko atau bahkan per dukuh ada poskonya. Maka juga mesti diadaptasi etika istiadat di kawasan lain. Jangan hingga bertamu sembarang pilih di posko lain. Ini juga bisa jadi catatan tinta merah bagi kampus. Di minggu permulaan masih proses adaptasi. Wajar jika ada salah. Karena saking sukanya berdiskusi, tiba-datang tengah malam jam 23.30 WIB bertamu ke posko lain. Padahal di posko yang dikunjungi ada hukum dihentikan bertamu di atas pukul 22.00 WIB. Sebagai mahasiswa, mesti ingat bahwa KKN yang sedang berjalan menjinjing nama besar kampus. Adab, tata krama, unggah-ungguh, semua mesti menyesuaikan dengan adat istiadat lokal. Jika warga telah bahagia dengan mahasiswa, pasti KKN lebih lancar.
Ketiga, aktif di semua aktivitas penduduk . Sekecil apapun acara itu, para mahasiswa tetap mesti terlibat di dalamnya. Meskipun itu juga tidak ada dalam program kerja. Timbal baliknya, acara kerja KKN akan banyak yang ikut serta pula. Minta bab tugas supaya memperbesar nilai lebih. Jangan menunggu dikasih tugas, melainkan harus minta. Semua anggora KKN harus ada, kecuali ada tugas lain. Pasti warga akan menanyakan mahasiswa yang tidak ikut. Jangan biasakan menyepelekan hal kecil, seperti ronda malam. Jangan biarkan aktivitas yang berlangsung di penduduk tidak ada mahasiswa yang terlibat. Sibuk peran tidak patut dijadikan alasan. Memang kadang ada mahasiswa yang introvert, tetapi tetap mesti digerakkan mereka itu.
Terakhir, ini hanyalah pengalaman singkat yang coba saya sampaikan kepada panjenengan. Semua orang punya pengalaman sendiri-sendiri. Saya saja tidak tahu, ketiga poin di atas memang berhubungan buat kalian yang mau KKN terapkan, atau sama sekali tidak penting. Tetapi, semua pasti baiklah, jika KKN adalah abad dedikasi kepada masyarakat. Oleh akhirnya, berhasil atau tidaknya di tangan penduduk itu sendiri, bukan pihak kampus. Jujur, ketiga hal di atas kami lakukan dan hampir selama masa KKN kami tidak mendapatkan hambatan. Program kerja terlakasana dengan ringan karena pinjaman dari warga. Tantangan besar terdapat pada tiga hal di atas, dan kami sukses melewati dengan sangat bagus. Kami mendapatkan pengalman berharga selama KKN, bahwa KKN yaitu abad dedikasi, dan mahasiswa harus berkembang menjadi jadi warga di situ, dan berupaya bareng merealisasikan kehidupan yang haromis serta lebih baik.
Kode Konten: K0039
Sumber we.com
EmoticonEmoticon