Assalamualaikum…
Ini pertama kalinya saya nulis di intipkuliah.com mulanya sih liat di instagram dan tampaknya menarik bila bisa membuatkan pengalaman bareng . Secara kebetulan juga aku senang menulis hal-hal yang ku alami. Oh iya… nyaris saja lupa. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak… hayoo tak apa? isi sendiri aja yah hehe
Kenalkan nama ku Dita Fatma Rini Syafa Abdullah. Nama yang tidak mengecewakan panjang yah, tapi cukup panggil Dita aja. Aku adalah seorang mahasiswi semester 7 jurusan Psikologi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Oh iya, aku mahasiswa kelas malam alias kelas yang didedikasikan untuk para pekerja. Tidak… sekarang aku tidak sedang melakukan pekerjaan . Tapi saya pernah melakukan pekerjaan . Nanti kapan – kapan akan aku tulis di lain artikel bila kalian setuju hehe
Dalam postingan kali ini aku mau berbagi cerita dari saat saya kelas 3 SMA. Dimana pada saat itu ialah ketika – dikala yang sangat labil untuk ku khususnya. Tidak heran sih, dalam psikologi kita mengetahui bahwa dewasa ialah usia peralihan yang sangat drastis dan terbilang singkat dari era kanak – kanak ke kala akil balig cukup akal. Makara, labil – labil dikit masuk akal lah ya hehe
Saat itu cita – cita ku yaitu menjadi seorang Apoteker yang jago dengan jas laboratorium berwana putih bersih. Bukan, bukan alasannya saya cukup pandai untuk masuk ke jurusan farmasi. Tapi saya mendengar bahwa itu ialah hal yang KEREN. Sesederhana itulah cara ku untuk menentukan cita – cita ku.
Secara kebetulan saya juga masuk jurusan IPA dikala Sekolah Menengan Atas. Dan Ehemm sombong dikit, aku di kelas unggulan ketika kelas 2 dan 3. Sekali lagi bukan alasannya adalah aku berilmu. Tapi saya merasa mungkin ini ialah suatu keberuntungan untuk ku. Aku mengalami banyak kegagalan untuk masuk di setiap tingkat pendidikan ku. Akan ku ceritakan di lain postingan kalau kalian menginginkannya hehe
Kembali ke topik, Dita yang dikala itu sangat mendambakan jas laboratorium mengubur dalam – dalam kesempatannya saat mendengar kalimat “Pemilik apotek tidak harus seorang apoteker, anak management bisnis bisa dengan gampang membangun apotek dan mempekerjakan para apoteker yang mencar ilmu mati-matian” Gila nggak sih? itu jauh lebih KEREN daripada menggunakan jas laboratorium.
Aku semacam sedang meraba – raba jati diri ku yang sebenarnya. Mencari tahu siapa aku dan dimana kawasan yang tepat untuk ku. Hingga pada kesudahannya aku yang sebelumnya mendamba – dambakan fakultas farmasi, masuk ke jurusan management bisnis dan itu bukan S1 ataupun D3. Lebih seperti les 2 tahun untuk antisipasi kerja.
Saat memasukinya, ku akui saya mampu menyesuaikan diri dengan baik di jurusan tersebut. Aku tidak masalah menjalani matkul akuntansi yang tidak pernah ku temui sebelumnya. Aku juga mampu dengan mudah menjual dagangan – dagangan kecil untuk melatih jiwa bisnis ku. Aku bahkan sempat bekerja sebagai admin akuntansi yang notabenenya aku sebelumnya buta dengan pelajaran itu.
Aku yakin tak ada yang sia – sia dalam hidup ini. Namun tak mampu ku pungkiri bahwa tak ada kebahagiaan di dalamnya. Aku bisa melakukan itu, tetapi aku merasa itu bukan aku. Lalu dimanakah daerah ku yang semestinya?
TIDAK!!! aku mustahil menuntaskan study ku cuma karena aku tidak nyaman. Bukan alasan untuk ku mengalah, cuman alasannya adalah aku merasa ini bukan jurusan yang pas untuk ku. Bagi ku apa yang sudah ku mulai haru ku tuntaskan. Tiap orang mungkin punya balasan ataupun tanggapanyang berbeda – beda untuk menanggapi perkara salah jurusan. Tapi untuk ku, tuntaskan apa yang sudah ku mulai. Aku tidak mengetahui alasannya adalah apa. Hingga beberapa bulan yang lalu, 3 tahun sehabis lulus dari jurusan management saya gres sadar sesudah menonton salah satu video di Channel Youtube Raditya Dika. Bukan duduk perkara kita cocok atau tidak dengan pendidikan yang kita jalani. Tapi betapa legahnya dikala kita bisa memanggil kedua orang bau tanah kita di hari wisudah. Benar juga, orang tua ku harus tahu jika mereka bisa untuk menyekolahkan ku dengan benar.
Sebelum benar – benar lulus, saya menjajal untuk menggali potensi ku sendiri. Tentunya kali ini aku telah dua tahun lebih akil balig cukup akal dibandingkan ketika SMA dulu. Baik emosi maupun contoh fikir ku tentunya sudah lebih terarah. Ku putuskan bahwa aku tidak akan nganggur satu tahunpun dari pendidikan ku. Walaupun aku sebenarnya tidak benar – benar nganggur, ketika itu aku sambil melakukan pekerjaan . Berbagai rangkaian tes peluangakademik online yang ditawarkan geratis di internet rasanya nyaris semua telah ku coba. Berdiskusi dengan orang- orang terdekat dan yang paham akan aku juga ku coba. Benar saja, nyaris semua memperlihatkan bahwa saya bukan tipe pejuang. Eh tujuannya bukan yang mengejar-ngejar sesuatu untuk kepentingan sendiri maupun organisasi tertentu loh. Aku tipe yang lebih senang memperlihatkan laba ke orang lain, membantu, menyemangati, berbagi, dan pokoknya hal – hal yang berbau sosial.
Maaf saja, bukan maksud untuk menggambarkan ku selaku orang baik. Tapi ada satu kebahagiaan tersendiri saat aku bisa membantu orang lain.
Untuk menjadi dokter rasanya tidak mungkin lagi. Aku sudah 99% melewatkan pelajaran biologi dan IPA IPA an lainnya. Hingga suatu jurusan yang tidak pernah terbayangkan pada ku ternyata benar – benar menarik minatku. PSIKOLOGI yaitu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku insan. Aku seperti menemukan diri ku di dalamnya.
Hingga dengan kesanggupan internet saya menjajal mencari universitas yang menyediakan kelas malam untuk fakultas psikologi dan jatuhlah pilihan ku pada Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Tahun 2016 saya resmi menjadi salah satu dari keluarga besar fakultas psikologi di Untag Surabaya.
Awalnya memang tidak mudah. Memahami istila – istila yang tampak aneh di indera pendengaran ku yakni kekurangan ku. Menghafalkan berbagai kelainan dengan bahasa yang tidak ku memahami itu sangat menyusahkan. Terlebih lagi saya mesti menerjemahkan berbagai buku dan jurnal dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia karena memang referensinya kebanyakan masih dalam bahasa inggris.
Tapi aku bahkan semakin bersemangat saat jam 5 sore yang ialah jam pulang kantor sekaligus jam masuk kuliah. Jarak kampus dan kantor ku dikala itu mampu di tempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit jika ngebut. Aku kelelahan? BANGET, tetapi saya SENANG.
Intinya sih kita bahwasanya punya banyak waktu untuk menentukan jurusan kita. Hanya saja tingginya kelabilan dalam diri seorang cukup umur ditambah kurangnya wawasan mengenai jurusan – jurusan yang ada dan tak ada yang mengarahkan pastinya akan menambahkemungkinan salah jurusan. Makanya saya senang banget dengan keberadaan intipkuliah.com yang memberi lahan untuk saya berbagi dan kalian mencari info.
Next mungkin aku akan membagi pengalaman kuliah dan kerja ku 🙂
Terimakasih telah membaca…
Wassalamualaikum…
Kode Konten : KL024
Sumber we.com
EmoticonEmoticon