Bersikap Profesional
Aku Appriliya Destiyana alumni dari Universitas Riau Jurusan Biologi. Baru sebulan yang kemudian aku menyadang selaku alumni, bahagia dan juga lega karna akhirnya aku tidak bergelut lagi dengan skripsi menjemukan itu.
Aku ingin menyebarkan ceritaku di sebuah organisasi. Dewan Perwakilan Mahasiswa organisasi berstatus ‘Legislatif’ ini biasanya disingkat DPM. Organisasi ini termasuk ke dalam tingkatan fakultas, jadi para staffnya berasal dari aneka macam jurusan dalam fakultas yang sama. Oh ya, fakultasku FMIPA.
Statusku di dalam organisasi ini hanya sebagai staff. Hari itu kami mengadakan rapat siang hari. Mungkin dikatakan rapat umum. Kami membahas banyak hal yang terkait acara yang mau diadakan beberapa hari lagi. Kebetulan dikala itu saya diamanahkan sebagai PJS (Penanggung Jawab Sementara) sekretaris dalam Komisi ku, karna ia sedang tidak mampu bertugas.
Kami cukup sibuk, mengurusi surat sana sini, menelepon dekanat untuk peminjaman gedung, mendesain spanduk, sampai menyiapkan berita yang hendak di muat di intagram. Sebut saja Yaya, pemuda yang bertugas selaku ketua acara ketika itu begitu sibuk mengurusi surat keluar dan masuk.
Sebenarnya hari itu ialah hari yang paling melelahkan. Karna di satu sisi saya memikirkan bagaimana anjuran penelitianku. Kebetulan beberapa hari ke depannya aku akan melaksanakan pelatihan tawaran. Kalian niscaya tau bagaimana sibuknya mengelola manajemen di jurusan untuk melaksanakan pelatihan. Belum lagi tanda tangan dosen yang mintanya susah minta ampun.
Aku mengambil tawaran yang baru ku cetak di sekre (daerah berkumpulnya mahasiswa organisasi), kebetulan di sana dilengkapi kemudahan printer. Beberapa jam lagi pengumpulan proposal ke jurusan akan berakhir. Yah, batas pengumpulannya hanya sampai jam satu siang. Aku tidak menimbang-nimbang apapun ketika itu, cuma proposalku. Bahkan makan siang pun ku lewatkan walaupun perutku sudah meronta-ronta.
Yaya tiba-tiba tiba dengan setumpuk surat di tangannya. Ketika saya hendak keluar pintu ia menghentikanku. Kemudian menyuruhku untuk menanda tangani semua surat yang gres saja dia bawa. Coba bayangkan, begitu kesalnya saya dikala itu. Ada banyak waktu dan kenapa dia ngotot untuk menyuruhku untuk menanda tanganinya.
“Nanti saja.” Balasku dingin.
“Eh, cepetan ini di tanda tangani dahulu. Mau dikirim ke dekanat.” Balasnya.
“Aku lagi buru-buru, nanti saja!”
Dan beliau tetap bersih kekeh memintaku menanda tangani surat itu. Entah kenapa saat itu aku sungguh-sungguh tidak mampu mengontrol emosi dan ekspresiku. Aku sama sekali tidak bisa berpura-pura tersenyum. Akhirnya, aku menanda tangani semua surat itu dan tentu saja bentuk tanda tanganku sungguh tidak rapi.
Aku eksklusif melongos pergi setelah menanda tangani surat itu. Sungguh, saya kesal sekali. Dia sangat tidak pengertian. Aku berlari menuju jurusan yang untungnya tidak begitu jauh dari sekre.
Singkat kisah, hari itu hasilnya berlalu. Malamnya, saya kembali membuka beberapa gosip ihwal kegiatan di organisasiku itu. Membaca hasil rapat dan juga mendesain isu untuk dibagikan ke instagram. Oh ya, kerjaku di program ini rangkap dua, sebagai sekretaris dan juga desain.
Ada saatnya saya menimbang-nimbang peristiwa tadi siang. Entah kenapa saya merasa bersalah karna telah tidak bersikap prefesional pada Yaya. Itu sudah tugasku untuk menanda tangani surat-surat itu. Dengan bangga akhirnya aku menghubungi Yaya untuk meminta maaf atas perlakuanku tadi siang.
Pesan itu telah terkirim dengan cepat dan kebetulan dikala itu dia sedang online. Aku berharap dia memaafkan kesalahanku tadi siang dan menilai itu bukanlah problem yang besar. Namun, karenanya membuatku tambah kesal.
“Iya, sebaiknya kamu bisa memposisikan diri. Organisasi ya organisasi, kuliah ya kuliah. Tolong bedakan itu. Semua orang punya persoalan kuliah tapi tidak semuanya harus diumbar. Sungguh kekanakkan, cobalah professional… Iya saya maafkan, lakukan semua desainnya.”
Aku tau dia bermaksud untuk memberiku pesan tersirat. Hanya saja, itu tidak di waktu yang tepat. Aku kembali kesal dan menghentikan aktivitas desainku ketika itu juga.
Makara intinya dari ceritaku kali ini yaitu bersikap profesionallah di organisasi. Jujur, itu sangat susah. Aku tau itu karna saya telah merasakanya. Tapi, sudah semestinya seperti itu. Jika kamu memiliki cerita yang serupa sepertiku bermakna aku tidak sendiri. Saat itu emosiku cukup menggebu-gebu. Dia tergolong orang yang kubenci di organisasi semenjak dikala itu.
Menurutku kalau kamu mampu melakukan tugasmu selaku bagaian dari acara/kegiatan organisasi, lakukanlah dengan semestinya. Karna itu juga selaku latihanmu sebelum dunia kerja datang. Percayalah itu akan menjadi kenangan yang tidak gampang kau lupakan. Oh ya, karna insiden ini sudah lama mungkin ada beberapa bab yang tidak sama persis dengan aslinya.
Kode Konten : KL023
Sumber we.com
EmoticonEmoticon