Jumat, 19 Maret 2021

Dua Event Selisih Satu Hari, Siapa Takut?

Menjalankan kewajiban sebagai seorang aktivis dalam organisasi bukanlah hal yang gampang dilaksanakan. Apalagi mengikuti lima organisasi sekaligus, mengakibatkan saya harus pandai membagi waktu. Organisasi yang aku ikuti yakni Rohani Islam (Rohis), Ambalan Diponegoro—Cut Nyak Dien, Pramuka Teritorial Ungaran, Satuan Karya Pramuka Widya Budaya Bakti, dan Organisasi Remaja RT 2. Bisa dibayangkan, kan, bagaimana sibuknya saya.


Semua organisasi itu saya lakoni dengan takaran sesuai peran dan status saya di dalamnya. Terkadang, tidak semua rapat mampu aku hadiri. Tidak jarang pula aku menolak membantu sahabat-sobat. Bukan alasannya adalah aku tidak mau, tetapi alasannya adalah saya tidak mampu. Tetapi, dibalik itu semua, saya tetap berupaya adil dan sepadan, bergantian dari satu organisasi ke organisasi yang lain, serta sekolah aku pastinya. Saya sempat menomorsekiankan problem sekolah, alasannya hal itu dilaksanakan oleh semua siswa yang bersekolah di SMA saya. Sehingga saya lebih memilih melaksanakan hal yang tidak dilaksanakan banyak orang.


Hingga pada suatu waktu, dua organisasi saya mengadakan perlombaan dalam bidang yang berbeda. Hal itu bukan menjadi masalah, bukan? Tentu saja, peeps. Tapi, bagaimana kalau tanggal pelaksanaan kedua event tersebut cuma terpaut satu hari? Cemas? Hahaha, itulah yang aku rasakan ketika itu. Dan kebetulan dalam dua kepanitiaan tersebut aku diamanahi menjadi sekretaris dan sekretaris. Ya, peran yang serupa dalam dua event yang terpaut satu hari. Tenang dahulu, saya cuma menjadi sekretaris II dalam kedua event tersebut dan aku sedikit lega. Eitss, tapi aku salah. Dalam Galang Serasi Manunggal (Pramuka Teritorial), sekretaris I-nya sedang menjalankan PKL di Sekolah Menengah kejuruan-nya. Dan dalam One Day Islamic Competition (Rohis), sekretaris I-nya yakni seorang santri pondok pesantren yang akan susah sekali kami hubungi. Terpaksalah aku menjadi sekretaris utama dalam kedua event tersebut.


Proposal kedua event tersebut mesti saya tuntaskan pada minggu ketiga bulan November. Dimana pada saat itu, kebetulan kembali terjadi. Saya diharuskan mengikuti Perkemahan Bakti Nasional Saka Widya Budaya Bakti di Bangka Belitung. Dan parahnya lagi, ahad itu ialah minggu terakhir pembelajaran efektif di sekolah saya, alasannya adalah ahad depannya akan diadakan Penilaian Akhir Semester I. Pada minggu itu pasti akan diadakan banyak ulangan di banyak sekali mapel dan aku tidak mampu mengikutinya. Tetapi, semua saya lewati dengan bahagia dan insya Allah nrimo. Bahkan, saya membawa laptop ke Bangka Belitung, berharap bisa menyicil pengerjaan anjuran ketika sedang beristirahat. Namun kenyataannya, sehari berkegiatan membuat saya pribadi tertidur setelah sampai di tenda. Perkemahan di Pulau Bangka itu sangat menggembirakan alasannya aku bertemu dengan banyak sahabat baru dari seluruh Indonesia.


Kembali dari Perkemahan Bakti Nasional, saya merasa perlu bekerja sungguh keras untuk membuat usulan dan surat-surat terkait event tersebut. Setiap hari aku menenteng laptop ke sekolah untuk menciptakan surat. Saat kegiatan mencar ilmu mengajar berjalan, saya senantiasa membuka laptop aku dan menciptakan surat untuk GSM dan ODIC. Alhamdulillah, bapak ibu guru mampu maklum dan banyak yang tidak menyadari jikalau aku sedang bekerja untuk organisasi. Sering sekali saya menerima perintah membuat surat kagetan dan mesti akhir pada hari itu juga sehingga mewajibkan saya melakukan pekerjaan dengan cepat. Untungnya saya juga sering menulis kisah, sehingga keyboard telah akrab dengan jari saya.


Dua bulan aku lalui dengan hidup bareng surat-surat. Banyak membolos pelajaran, tidur larut malam, telat melakukan tugas, mengikuti ulangan susulan, dan sering tidak berguru ketika akan ulangan. Saat pembagian rapor, nilai aku cukup membuat puas bila dibandingkan dengan pelajar bersungguh-sungguh yang sama sekali tidak berorganisasi.


Saat kedua event aku berjalan, tidak mungkin tidak ada masalah yang datang. Tetapi bahu-membahu dengan tim, saya bisa menyelesaikannya dengan ahli tanpa meminimalisir wibawa dari panitia pelaksana. Capek memang, namun, tetap menggembirakan. Saya merasa gembira dengan diri saya alasannya sukses memenuhi amanah-amanah ini.


Pokoknya, pesan saya, apapun yang kau jalani dengan senang dan lapang dada, akibatnya pasti akan membuat puas bahkan saat kau berpikir kemungkinan terburuknya. Nikmati semua prosesnya dan ciptakan ruang bahagia.


 


Kode Konten : KL010



Sumber we.com


EmoticonEmoticon